Jumat, 07 Agustus 2015

MUSEUM SITUS KEPURBAKALAAN BANTEN LAMA KOTA SERANG - BANTEN

Pada tanggal 13 Juli 1985 diresmikannya Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama oleh Direktur Jenderal Kebudayaan saat itu, Prof. DR. Haryati. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya.


Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berupa benda-benda koleksi baik asli maupun replika/reproduksi, miniatur, diorama, dan lain sebaginya.

  • Koleksi Arkeologika
Koleksi arkeologika yang terdapat di Museum meliputi sejumlah benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala yang ditemukan di Situs Banten Lama yang berasal dari masa prasejarah, klenik (Hindu-Budha), masa Kesultanan Banten, dan masa kolonial. Koleksi arkeologika ini mencerminkan Banten Lama sudah ada sejak masa pra-sejarah di Indonesia. Koleksi-koleksi tersebut antara lain: kapal batu, arca Nandi, atap bangunan, pagar besi, pegangan kunci, rumah kunci, paku, dan pipa saluran air.
Jalur perdagangan rempah-rempah melalui laut menjadikan laut dan pantai Banten ramai lalu lalang kapal dagang berbagai bentuk dan ukuran dari berbagai negara. Tinggalan dari keramaian perdagangan laut itu diantaranya adalah fragmen bagian dari tiang pagar tangga kapal yang terbuat dari logam dipenuhi hiasan, dan juga fragmen badan kapal yang terbuat dari kayu. Diantara fragmen kapal, didapati juga tapal (sepatu kuda).




Bata Beberapa bangunan masa Kesultanan Banten dibuat menggunakan bata, sehingga beberapa diantaranya masih dapat bertahan hingga sekarang sebagai bangunan monumen bersejarah. Bata yang digunakan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 29x15 cm. Dalam penggunaannya, bata-bata persegi panjang tersebut untuk keperluan tertentu dapat dibentuk sesuai peruntukkan.

Elemen Pintu Perlengkapan yang dapat dijumpai dalam keseharian juga ditemukan di SItus Banten Lama, seperti anak kunci, rumah kunci, engsel pintu/jendela, pegangan pintu, dan paku berbagai ukuran serta baut.
Pipa Saluran Air
Pipa untuk menyalurkan air banyak digunakan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682 Masehi). Beliau berinisiatif membangun satu jaringan distribusi air bagi penduduk, dimulai dengan pembuatan danau/waduk Tasikardi sebagai sumber airnya, kemudian dialirkan melalui pipa hingga ke Keraton untuk kemudian didistribusikan ke lingkungan sekitarnya untuk masyarakat. Sepanjang jalur air dari Tasikardi hingga Keraton air dialirkan melalui pipa. Pipa yang terbuat dari tanah liat digunakan untuk menyalurkan air ke kota, sedangka pipa yang terbuat dari batu dan timah digunakan untuk menyalurkan air limbah. Perjernihan air dilakukan dengan pembuatan tiga bangunan pengindelan/pengendapan (pengindelan abang, putih, dan emas), sehingga saat air mengalir masuk kota telah layak untuk digunakan. Serumbung sumur-sumur kuno di Banten berdasarkan bentuknya ada dua macam, yakni sumur yang bentuknya persegi empat dan sumur yang bentuknya lingkaran.

  • Koleksi Keramologika
Koleksi Keramologika berupa keramik dan gerabah. Keramik-keramik yang menjadi koleksi museum ini terdiri dari keramik asing dan keramik lokal. Keramik asing umumnya berasal dari Birma (Myanmar), Vietnam, China, Jepang, Timur Tengah serta negara-negara Eropa dengan cirinya masing-masing. Keberadaan keramik ini mencerminkan bahwa pada saat itu Banten Lama merupakan sebuah daerah yang ramai dengan aktivitas perdagangannya dengan berbagai macam bangsa yang datang ke Banten lama, dimana gerabah-gerabah tersebut umumnya dipergunakan sebagai alat rumah tangga, unsur bangunan serta wadah pelebur logam yang biasa disebut kowi.
Memolo adalah hiasan atap mesjid yang terbuat dari bahan liat. Memolo ini ditemukan dalam keadaan relatif utuh di situs Banten Lama yang berasal dari masa Kesultanan Banten sekitar abad 16-19 Masehi. Teknik membuat memolo berupa teknik roda putar dengan hiasan motif bunga dan motif geometris. Dalam memberi hiasan digunakan teknik ukir dan teknik cungkil. Memolo merupakan salah satu benda seni yang digunakan untuk kepentingan keagamaan/religi.
 

Keramik Cina banyak ditemukan di wilayah situs Banten Lama, hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten dengan pelabuhannya sangat ramai dan sebagai jalur perdagangan pada abad 16-17 Masehi, terutama dalam perdagangan rempah-rempah.

Ragam Lantai Keraton Surosowan Penelitian secara arkeologis mendapati bahwa Keraton Surosowan pada beberapa bagiannya menggunakan lantai ang dilapisi tegel yang terbuat dari tanah liat dan marmer dengan beberapa ukuran.

Hiasan Kerpus Beberapa bangunan di dalam lingkungan Keraton Surosowan beratapkan genteng, ini dapat disimpulkan dari adanya temuan berupa hiasan karpus. (1) Hiasan karpus bagian tengah atap dengan bentuk binatang. DIlihat dari bentuk kepala, sayap, dan ekor, hiasan ini berupa figur burung merak, (2) Hiasan kerpus bagian tepi, secara arkeologis di duga berasal dari abad 17 Masehi.

Berbagai keramik hasil temuan peggalian dari Keraton Surosowan dan beberapa hasil penyerahan dari penduduk.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASJID AL-JABBAR KOTA BANDUNG - JAWA BARAT

Masjid Raya Al Jabbar terletak di kecamatan Gedebage kota Bandung berjarak sekitar 2 km tenggara Stasiun Gedebage Bandung. Masjid iini mulai...