Tempat yang kali ini bisa dipilih adalah dimulai dari Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya, di bibir Sungai Opak. Spot ini menjadi pintu gerbang memulai petualangan ke masa 60 juta tahun lalu.
Kejutan pertama dari kunjungan ke masa lalu adalah temuan dari bongkahan batu besar berwarna hitam mengilat di bibir sungai yang strukturnya menyerupai bantal. Batu ini merupakan penanda dari masa lalu.
Memang, batu tersebut awalnya merupakan lava cair bersuhu tinggi hasil erupsi gunung api yang membeku cepat karena air, hingga membentuk gumpalan menyerupai bantal. Lava bantal (pillow lava) yang tersingkap oleh gerusan aliran Sungai Opak merupakan fenomena alam yang menarik dan penting. Sebagai bukti yang menunjukkan proses awal pembentukan gunung api purba pertama di Jawa.
Batuan ini hanya bisa ditemui di beberapa tempat di bagian selatan Jawa. Selain di Berbah, temuan serupa bisa diperoleh di Bayat Klaten, Pacitan di Jawa Timur, dan Jampang yang masuk wilayah Provinsi Jawa Barat.
Menurut para ahli bebatuan, gunung api purba dulu berada di bawah laut. Jadi awalnya merupakan dasar laut dan lava bantal berfungsi sebagai penopangnya. Bebatuan berlapis-lapis berwarna putih keabu-abuan terang yang berada di sisi seberang sungai hasil endapan debu vulkanis dari erupsi gunung api strato (kerucut). Lapisan debu vulkanis yang tebal ini menandai periode masa kejayaan gunung api purba 36 juta tahun lalu.
Di sini, ada dua fase pembentukan gunung api. Yakni fase keluar lava dan letusan debu vulkanik. Meski batuan berdekatan, jeda peristiwanya mencapai ribuan tahun.
Situs batuan beku yang berdampingan dengan endapan debu vulkanik pada tepian Kali Opak adalah tujuan pertama. Di kalangan ilmuwan, fenomena geologi yang berada di Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman ini dikenal dengan sebutan Lava Bantal Berbah. Disebut lava bantal (pillow lava), karena bentukan geometrinya yang menyerupai bantal. Lava bantal terbentuk dari lava hasil erupsi lelehan yang berkontak langsung dengan massa air, bisa di laut atau danau. Pembekuan yang berlangsung cepat menyebabkan mineral-mineralnya tak terbentuk dengan baik dan membentuk geometri serupa bantal.
Lava Bantal Berbah diperkirakan sebagai gejala erupsi lelehan yang telah berumur lebih dari 30 juta tahun dan ditengarai sebagai cikal bakal gunung api di Pulau Jawa yang belakangan berkembang menjadi himpunan gunung api strato dengan erupsi eksplosif. Di sepanjang Pegunungan Selatan Pulau Jawa, singkapan ini tergolong langka dan terbaik. Sekaligus bisa dianggap sebagai representasi masa-masa awal pembentukan gunung api di Pulau Jawa.
Hanya dalam satu pandangan mata dari lokasi di mana lava bantal berada, tepat di seberang Kali Opak, bisa disaksikan fenomena lain berupa endapan debu vulkanik cukup tebal sebagai bukti adanya erupsi gunung api strato di masa silam. Fenomena ini menandai masa-masa kejayaan gunung api purba di Pulau Jawa.
Tak jauh dari lokasi tersebut, tepatnya di daerah pertambangan di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, bisa disaksikan hamparan bukit bebatuan putih berlapis kehitaman karena cuaca. Ketinggiannya sekitar 60 meter. Puncak perbukitan mencapai 300 meter dengan ketebalan 250 meter.
Di beberapa sisi, penambang tradisional melakukan aktivitas penambangan. Hamparan perbukitan tersebut merupakan bekas tumbukan debu vulkanis erupsi super Semilir gunung api purba yang maha dahsyat sekitar 36-30 juta tahun lalu. Material, hamparan, dan ketebalan erupsi mencapai puluhan kilometer.
Sekilas terlihat kokoh. Namun, batuan ini tidak seberat yang dibayangkan. Ringan sekali seperti batu apung dan mudah retak. Struktur batuan di bukit ini makin ke atas semakin halus dan berwarna kuning kecokelatan. Semua itu merupakan bukit yang menjadi bukti episode katastropik atau merusak diri dari gunung api strato yang diungkapan soal lava bantal.
Seperti karakteristik gunung api umumnya, gunung api strato Semilir tak kuat menahan tekanan magma yang semakin besar. Maka, akan menghancurkan diri dengan cara erupsi. Sisa kaldera formasi semilir di Gunung Ijo membuktikan ketebalan endapan debu vulkanik hasil erupsi super Semilir ini. Jejak masa kejayaan gunung api purba juga bisa ditemui di situs gunung api Nglanggeran di kawasan Piyungan, Yogyakarta. Tempat ini sudah dikenal sebagai obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.
Di lokasi ini terdapat batu dengan ukuran superbesar dan bukit menjulang tinggi berwarna kehitaman. Dalam istilah geologi, batu dan bukit yang disebut bomb atau aglomerat ini adalah lontaran lava hasil erupsi gunung api purba.
Situs Nglanggeran mempunyai peristiwa yang sama dengan letusan Gunung Rakata yang muncul dari kaldera Gunung Krakatau.
ASAL MUASAL BATU LAVA BANTAL
Lava bantal terbentuk akibat dari erupsi atau lelehan lava (eruptions with relatively low effusion rates)yang bersentuhan langsung dengan air laut. Proses pembekuan yang tiba-tiba akibat kontak langsung dengan air laut menyebabkan bentukan mineralnya tidak terpilah dengan baik. Namun, tubuh lavanya membentuk geometri mirip bantal. Di sinilah masyarakat mengenal sebagai lava bantal (pillow lava).
Proses terbentuknya lava bantal, saat mengalir dan mengalami pendinginan serentak oleh air laut. Selanjutnya, bagian kulitnya langsung membeku dan tertahan tekanan hidrostatis. Karenanya, membentuk batuan beku membulat atau melonjong. Bentuknya bulat lonjong yang disebut lava bantal. Umumnya, berkomposisi basalt yang bersifat asam. Dari ciri-ciri fisiknya, lava bantal terbentuk pada zona pemekaran lantai samudera (sea floor spreading). Ini sebagai bagian kegiatan vulkanik bawah laut. Ciri fisik batuan ini membentuk pola bantal. Berwarna hitam, keras, bertekstur afanitik. Singkapan batuan lava bantal di Kali Muncar berwujud dinding lava hampir tegak. Karena mengalami pengangkatan dan pensesaran yang dicirikan adanya kekar dan cermin sesar sebagai konsekuensi dari aktivitas tektonik yang kuat.
Para Pakar Geologi pernah menentukan umur absolut menggunakan metoda radiometrik K/Ar. Batuan ini berumur 81 juta tahun atau terbentuk pada zaman Kapur Akhir. Batuan ini lebih muda dari batuan tertua yang ditemukan di pulau Jawa. Yakni, batuan metamorfik batu sekis mika di Kompleks Melange Luk Ulo yang berumur 117 juta tahun atau terbentuk pada zaman Kapur Awal.
KOORDINAT:
7⁰ 42′ 5″ LS 110⁰ 26’35”
LOKASI:
Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sekitar 15 km timur kota Yogyakarta.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus