Jumat, 22 September 2023

MAKAM SOMENGGALAN KEMUSUK SEDAYU KABUPATEN BANTUL - D.I. YOGYAKARTA

Makam Somenggalan merupakan saksi kekejaman Belanda. Lebih dari 200 pejuang dimakamkan di tempat ini. Komplek Makam Pejuang Somenggalan terletak di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta berada 12 km barat pusat kota Yogyakarta. Untuk menuju tempat ini dari kota Yogyakarta menuju arah Wates. Di jalan Wates km 10 kemudian belo kanan ke arah utara sejauh 2 km.



 

Kamis, 21 September 2023

KAWASAN WISATA TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR - JAWA TENGAH

Tawangmangu adalah sebuah kota kecamatan di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah yang terkenal demngan wisata alamnya. 

                                              Gambar. Di Desa Gondosuli Tawangmangu


 Untuk memasuki kawasan wisata Tawangmangu ini pada umumnya dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dari arah Solo - Karangnyar - Tawangmangu atau Magetan - Sarangan - Cemoro Kandang - Tawangmangu. Namun saya menyarankan lewat Solo - Karanganyar - Tawangmangu, mengingat jika melalui Magetan - Sarangan - Cemoro Kandang jalurnya terjal karena melewati lereng selatan gunung Lawu. Di sisi lain, jika melewati Magetan - Sarangan - Cemoro Kandang, pemandangannya menyenangkan meski jalannya sepi tetapi lebar dan bagus.

Gambar. Menuju Tawangmangu via kota Karanganyar
 

Panorama alamnya juga sangat indah, serta memiliki beberapa wisata air terjun yang layak untuk dikunjungi. Tiket masuk wisata Tawangmangu dibedakan berdasarkan objek wisata yang akan dituju. Karena di Tawangmangu terdapat lebih dari satu objek wisata. 

 

Gambar. Gerbang wisata Tawangmangu lewat kota Karanganyar 

Beberapa tempat wisata yang dapat Anda kunjungi di kawasan wisata Tawangmangu diantaranya: Grojogan Sewu, Air Terjun Pringgodani, Cemoro Kandang, Taman Wisata Balekambang, Lawu Park, Bukit Sekipan, dan lain-lain.

Gambar. Menuju Tawangmangu melalui Magetan - Sarangan - Cemoro Kandang


Selasa, 19 September 2023

KOTA SARANG WALET KABUPATEN KEBUMEN - JAWA TENGAH

Kabupaten Kebumen terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah. Kota Kebumen sebagai ibukota kabupaten berjarak sekitar 105 km barat kota Yogyakarta. Kebumen merupakan salah satu daerah penghasil sarang burung walet, atau yang dikenal oleh masyarakat sekitar dengan nama lawet. Dari sarang burung lawet, ini Kebumen memperoleh pendapatan tertinggi. Oleh karenanya, tak heran jika burung lawet atau walet dijadikan salah satu lambang Kabupaten Kebumen. 


Banyak warga Kebumen yang menjadi pemburu sarang burung lawet. Mereka biasa mencari sarang burung lawet di gua-gua yang terletak di tebing karang pesisir selatan seperti di Kecamatan Ayah dan Buayan. Bahkan karena saking banyaknya masyarakat Kebumen yang menjadi pemburu sarang burung lawet, pemerintah setempat pun membuat sebuah tugu, yang dinamai Tugu Lawet.




 Tugu Lawet yang didirikan sejak tahun 1975 ini terletak di simpang empat pusat Kota Kebumen. Dikutip dari Wikipedia, Tugu Lawet ini dibuat untuk menggambarkan aktivitas serta perjuangan para pengunduh sarang burung lawet di gua-gua pada tebing karang pesisir selatan. Perjuangan para pengunduh ini sangat berisiko dan mengancam keselamatan nyawa.

Tugu Lawet memiliki tinggi sekitar 15 meter, dengan bentuk tidak beraturan yang menggambarkan kontur karang pesisir selatan Kebumen. Terdapat lima patung manusia di tugu ini yang menggambarkan para pengunduh sarang burung lawet.

Tugu Lawet ini dulunya juga dianggap simbol kemakmuran Kebumen dan mempertegas julukan Kebumen sebagai Kota Lawet. Meski demikian, kabarnya keberadaan sarang burung lawet atau walet di Kebumen ini semakin menipis menyusul eksploitasi yang besar-besaran dari para pengunduh.



Minggu, 17 September 2023

KOMPLEKS MAKAM RAJA KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA - D.I. YOGYAKARTA

Kotagede berada sekitar 7 km dari pusat kota Yogyakarta sangat lekat dengan warisan bersejarah. Salah satunya adalah makam raja-raja Mataram Islam yang terletak di kawasan bersejarah bagian selatan Kota Yogyakarta. Kompleks Makam Raja Kotagede atau Pasarean Hastana Kitha Ageng merupakan kompleks makam bagi raja-raja Mataram Islam pertama yang dibangun oleh Panembahan Senopati. Letaknya berada di sebelah barat Masjid Gedhe Mataram Kotagede, kompleks dari Kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Raja pertama Mataram Islam, Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati dan raja kedua Mataram Islam, Mas Jolang atau Panembahan Hanyakrawati dikebumikan di komplek makam ini. Ayah Panembahan Senopati, yakni Ki Ageng Pemanahan dan Raja Pajang, Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya juga turut dimakamkan di kompleks Makam Raja Kotagede ini.



Keberadaan Kompleks Makam Raja Kotagede tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede dan sosok Panembahan Senopati. Setelah keberhasilannya untuk membunuh Arya Penangsang, Sultan Hadiwijaya memberikan Alas Mentaok sebagai tanah perdikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Ki Ageng Pemanahan bersama keluarga dan pengikutnya kemudian pindah dan membangun sebuah desa kecil di hutan tersebut. Pada saat itu, status wilayah di bawah kepemimpinan Ki Ageng Pemanahan masih sebuah kadipaten di Kerajaan Pajang. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, Pangeran Benowo memberikan hak kepada Sutawijaya untuk melepaskan diri dari Kerajaan Pajang dan mendirikan Kerajaan Mataram Islam. Setelah peristiwa tersebut, Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi sultan pertama Kerajaan Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senopati. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Mataram Islam mulai memperluas daerah kekuasaannya. Panembahan Senopati juga mendirikan Kompleks Makam Raja Mataram di sebelah barat Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Pembangunan Kompleks Makam Raja di Kotagede dilakukan secara bertahap, terhitung sejak tahun 1589 dan selesai pada tahun 1606. Dalam kompleks makam terdapat tiga cungkup yang merupakan bangunan utama yang berfungsi sebagai pelindung makam-makam tertua. Ketiga cungkup tersebut bernama Bangsal Prabayaksa, Bangsal Witana, dan Bangsal Tajug. Adapun makam dan bagian belakang masjid pernah mengalami kebakaran yang merusak beberapa bangunan sehingga Sunan Paku Buwana X memerintahkan dilakukannya renovasi dengan menggunakan bahan bangunan dan gaya arsitektur pada masa tersebut.

Komplek makam ini berada sekitar 100 meter dari Pasar Kotagede dan dikelilingi oleh tembok besar. Pintu gapura memasuki komplek makam ini bercirikan arsitektur budaya Hindu bernama Gapura Paduraksa dengan kusen berukir. Di sebelah selatan ada Masjid Gedhe Mataram yang menuju ke dalam Kompleks Makam Raja-raja Mataram. Setiap gapura memiliki pintu kayu yang tebal dengan ukiran yang indah dan dijaga oleh sejumlah abdi dalem berbusana adat Jawa. Ada tiga gapura yang harus dilewati sebelum masuk ke bangunan makam. Di samping komplek makam, terdapat pemandian atau sendang yang dibangun sendiri oleh Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senopati. Ada pula pemandian khusus laki-laki dan perempuan. Air pemandian laki-laki diperoleh dari sumber di dalam komplek makam, sedangkan air untuk pemandian perempuan diperoleh dari sumber pohon beringin di depan gerbang utama.

 


 Sebagai makam raja, mereka yang ingin berziarah harus mengiuti beberapa aturan, seperti bagi para peziarah wanita diharuskan menggunakan kain jarik sebatas dada atau kemben dan tidak diperbolehkan memakai kerudung atau penutup kepala. Sedangkan bagi para peziarah laki-laki harus memakai kain jarik dan atasan berupa baju peranakan. Kedua pakaian yang dikenakan peziarah perempuan dan laki-laki merupakan pakaian abdi dalem.Pengunjung juga tidak diperkenankan untuk mengambil gambar atau memotret selama berada di kawasan makam. Pengunjung juga diharuskan untuk melepas alas kaki saat memasuki komplek makam. Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi tempat ini sebaiknya datang pada hari Senin, Kamis, Jumat, dan Minggu. Sedangkan selama bulan ramadan, Kompleks Makam Raja-raja Mataram Islam tutup.

 

KOMPLEKS MAKAM KERAJAAN MATARAM ISLAM GIRILOYO KABUPATEN BANTUL - D.I. YOGYAKARTA

Kompleks Makam Giriloyo ini terletak sejauh 20 km ke arah selatan dari pusat kota Yogyakarta, tepatnya di Dusun Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Kabupaten Bantul. Kompleks makam ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung pada tahun 1613-1645 Masehi. Kompleks makam tersebut diawasi oleh Panembahan Juminah paman dari Sultan Agung. Pada awalanya Kompleks Makam Giriloyo oleh Sultan Agung diperuntukkan bagi Sultan Agung sendiri dan keluarganya. Namun Karena Panembahan Juminah meninggal terlebih dahulu dan dimakamkan di kompleks makam tersebut. Oleh Karena itu, Sultan Agung menyiapkan makam lain yakni Makam Pajimatan Imogiri. Selain itu alasan Sultan Agung memindah lokasi makam keluarga raja ke Pajimatan Imogiri Karena Bukit Giriloyo dianggap terlalu sempit untuk kompleks pemakaman Sultan Agung dan Keluarga. 


 Kompleks Makam Giriloyo berada di puncak bukit sehingga untuk mencapai kompleks makam tersebut harus melalui tangga naik dari semen yang cukup tinggi. Sebelum mencapai kompleks makam disebelah barat terdapat masjid yang masih menunjukkan gaya arsitektur kuno. Kompleks Makam Giriloyo dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

a. Makam Sayap kiri (barat), merupakan makam yang paling tinggi di kompleks Makam Giriloyo. Makam ini dikelilingi oleh tembok setinggi kurang lebih 1,5 meter dengan pintu masuk berbentuk gapura paduraksa. Pada setiap sudut tembok keliling terdapat pilar-pilar yang disusun dari batu putih tanpa semen. Sedangkan diatas gapura paduraksa terdapat bentuk lambang sangga buwana (menyangga bumi) dan dihiasi dengan tulisan Arab yang berbunyi la illaha illallah dan kalimat syahadat. Tokoh besar yang dimakamkan di makam sayap kiri (barat) ini antara lain: Kanjeng Ratu Pambayun (Istri Amangkurat), Kanjeng Ratu Mas Hadi (Ibu Sultan Agung), Kanjeng Panembahan Juminah (Paman Sultan Agung), Pangeran Mertosono, dan Pangeran Haryo Martono. Secara keseluruhan kondisi makam di sayap kiri ini cukup baik dan terawatt. 

b. Makam sayap kanan (timur), makam ini juga dikelilingi tembok keliling setinggi 75 cm yang terbuat dari susunan bata. Adapun tokoh yang dimakamkan di makam sayap kanan ini adalah Panembahan Giriloyo (Sultan Cirebon V), Kyai Ageng Giring, dan Kyai Ageng Sentong. Dinamakan Sultan Cirebon Karena beliau merupakan ahli waris dari Sunan Gunungjati selain memiliki nama lain Sultan Cirebon, Panembahan Giriloyo juga memiliki nama lain Syeh Abdul Karim. Makam berada di dalam tembok kelilin berukuran sekitar 4 x 4 meter. 

c. Makam-makam yang berada di luar sayap kanan dan sayap kiri. Adapun tokoh-tokoh yang di makamkan yaitu: Wiro Guno, Raden Ayu Nerang Kusumo, Kyai Juru Wiro Probho, Tumenggung Hanggo Bahu, dan para prajurit.


ALUN-ALUN KABUPATEN TULUNGAGUNG - JAWA TIMUR

Alun-alun Kabupaten Tulungagung, atau yang dikenal dengan sebutan “Taman Aloon-aloon" merupakan ikon dari Kabupaten Tulungagung. Taman...