Museum Monumen Diponegoro disebut juga Museum Sasana Wiratama. Di namakan Museum Sasana Wiratama karena museum ini dikelola oleh Yayasan Sasana Wiratama. Pembangunan Museum Monumen Pangeran Diponegoro diprakarsai oleh Mayjen TNI Surono, setelah mendapat izin dari kerabat Diponegoro yang masih hidup. Pembangunan kemudian dilanjutkan oleh Mayjen TNI Widodo (alm). Museum Monumen Pangeran Diponegoro ini menempati bekas rumah kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo, kota Yogyakarta sekitar 4 km dari pusat kota. Pada tanggal 9 Agustus 1969 bangunan tahap I yakni bangunan induk telah selesai dibangun, dan diresmikan oleh Jendral TNI (Purnawirawan) Soeharto.
b. Status Museum Monumen Pangeran Diponegoro
Museum Monumen Pangeran Diponegoro adalah museum khusus yang masih berstatus museum swasta, dikatakan khusus karena koleksi Museum dibatasi pada peninggalan-peninggalan yang berhubungan dengan Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya. Meskipun demikian pemerintah tidak lepas tangan atas keberlangsungan museum tersebut. Pemerintah selama ini, memberi bantuan berupa kucuran dana untuk perawatan benda-benda museum dan keperluan museum lainnya.
Museum Sasana Wiratama dikelola oleh Yayasan Sasana Wiratama. Pengelolaan museum meliputi perawatan benda-benda koleksi, dan struktur organisasi museum, hingga gaji petugas secara keseluruhan dikelola oleh yayasan tersebut.
B. HAMBATAN DAN KENDALA
a. Struktur Organisasi Museum
Berdasarkan observasi, dan pengakuan dari guide museum, hipotesa awal menyebutkan bahwa profesionalisme petugas dalam struktur organisasi museum masih kurang. untuk lebih jelasnya, struktur organisasi museum Sasana Wiratama adalah sebagai berikut.
Permasalahan dalam struktur organisasi terletak pada bidang KKF (Kelompok Kerja Fungsional), KKF yang terdapat di museum Sasana Wiratama tidak sesuai dengan KKF museum pada umumnya, dalam bidang struktur organisasi tersebut terdapat beberapa bidang KKF yang sempat vakum dan akhirnya dibubarkan, yakni bidang KKF Preservasi dan KKF Kurator, sehingga hanya ada dua bidang KKF yang aktif hingga kini yakni KKF bimbingan akademik dan konservasi. Akibat dari pembubaran tersebut, tanggung jawab yang seharusnya dilaksanakan oleh KKF reservasi dan kurator , terpaksa diambil alih oleh KKF bidang bimbingan akademik dan koservasi. Contohnya dalam penataan museum, lay out museum yang seharusnya dilakukan olek KKF Preservasi terpaksa dilakukan oleh Bpk. Slamet Wiro Atmojo selaku KKF bimbingan akademik.
b. Sosisalisasi Museum
Seperti museum-museum kebanyakan, Museum Sasana Wiratama perlu mengadakan sosialisasi untuk memperkenalkan museumnya kepada khalayak umum. Progam museum Sasana Wiratama antara lain dengan menyelenggarakan pameran yang diselenggarakan dengan bekerja sama dengan Museum Benteng Vredenburg. Namun pameran tersebut tidak dapat diselenggarakan secara rutin, tetap dan berkala. Penyelenggaraan pameran pada event-event tertentu misalnya Hari Pahlawan seringkali terganjal oleh dana.
Keseluruhan kendala berpangkal pada terbatasnya dana, karena pemerintah tidak mengucurkan dana khusus untuk menyelenggarakan sosialisasi. Terlebih museum tidak memungut uang pada pengunjung sehingga selain dari pemerintah, pihak museum tidak mendapat input dana lagi.
Terbatasnya sosialisasi dan tidak adanya sumber informasi berupa brosur atau leaflet, berimbas pada kurang dikenalnya Museum Sasana Wiratama oleh khalayak umum. Hal demikian ini berakibat pada rendahnya data statistik pengunjung. Selain karena kurangnya sosialisasi, letak museum yang agak jauh dari pusat kota turut mempengaruhi jumlah presentase pengunjung.
C. KOLEKSI MUSEUM
a. Koleksi Museum
Koleksi Museum Monumen Diponegoro berjumlah 100 buah, yang terdiri dari berbagai senjata asli laskar Diponegoro dan sejumlah peninggalan dari keraton Yogyakarta.
1. Peninggalan Pangeran Diponegoro
Koleksi museum berupa peninggalan Pangeran Diponegoro antara lain adalah
1. Tombak
2. Badil
Martil yang terbuat dari baja
3. Patrem
Senjata prajurit perempuan
4. Candrasa
Senjata tajam yang berbentuk mirip tusuk konde yang biasa digunakan “telik sandi” (mata-mata) perempuan
5. Alat-alat rumah tangga tahun 1700-an.
Sejumlah alat rumah tangga buatan tahun 1700-an yang terbuat dari kuningan terdiri dari tempat sirih dan "kecohan"-nya (tempat mebuang ludah), tempat "canting" (alat untuk membatik), teko "bingsing", bokor hingga berbagai bentuk "kacip" (alat membelah pinang untuk makan sirih).
6. Keris Kyai Omyang
Yaitu sebuah keris dengan lekukan 21, keris ini dibuat oleh empu yang hidup pada masa Kerajaan Majapahit.
7. Pedang dari Kerajaan Demak
Pedang yang berasal dari Kerajaan Demak dan Keris Kyai Omyang tersebut dipercaya dapat menolak bala.
2. Peninggalan dari keraton Yogyakarta
Koleksi Museum Monumen Diponegoro yang merupakan peninggalan Keraton Yogyakarta antara lain adalah
1. Tali kuda pemerian Hamengku Buwono VIII
2. Sepasang patung Loro Blonyo
3. Sepasang lampu Hias
4. Seperangkat gamelan milik Hamengku Buwono II
Seperangkat gamelan ini, berupa ketipung (gendang kecil) dan wilahan boning penembung. Seluruh "wilahan" atau besinya masih asli, hanya kayu gamelan saja yang sudah diganti karena lapuk termakan usia.
3. Tembok Jebol
Merupakan saksi sejarah awal perang Diponegoro tahun 1825. Dan telah dipugar oleh pemerintahan Kota madya daerah tingkat II, Yogyakarta pada tanggal 7 juni 1993. Tembok tersebut digunakan untuk meloloskan diri dari kepungan kompeni
http://www.facebook.com/firdaus.ubaidillah
b. Tembok Jebol Sebagai Unggulan Museum
Tembok berlubang ini merupakan koleksi unggulan Museum Monumen Diponegoro. Sejarah dan makna dari terjebolnya tembok puri inilah yang menjadikan tembok ini sangat istimewa. Tembok inilah yang menurut sejarah merupakan bangunan yang dijebol oleh Pangeran Diponegoro dengan tangan kosong guna meloloskan diri dari kepungan kompeni, kemudian melarikan diri ke daerah Dekso. Dan ke selatan hingga di Goa Selarong yang kemudian dipakai sebagai basis & strategi Pangeran Diponegoro dalam menghadapi Belanda.
CERITA SINGKAT TEMBOK JEBOL
Dari luar tembok terdengar letusan senjata tiga kali, perang telah dimulai. Sisi utara, timur dan selatan telah dikepung pasukan Belanda. Laskar yang tinggal di sisi barat melakukan perlawanan keras. Di bawah pimpinan Joyomustopo dan Joyoprawiro, laskar terdesak mundur. Kekuatan berbeda jauh. Seorang pria berjubah putih dengan sorban putih yang terlilit di kepalanya, dengan tenang dan bijaksana memilih menjebol tembok barat puri.
Dengan beberapa kali gebrakan tembok itu jebol. Satu komando untuk menyelamatkan keluarga dan laskar yang tersisa. Dengan seluruh pasukannya, pria berjubah putih itu lebih memilih menjauh ke barat. Pangeran Diponegoro, melarikan diri ke daerah Dekso dan kemudian ke selatan hingga di Goa Selarong yang kemudian dipakai sebagai basis & strategi Pangeran Diponegoro dalam menghadapi Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar