Rabu, 08 Mei 2013

MUSEUM SOEHARTO KABUPATEN BANTUL - D.I. YOGYAKARTA

Terletak 13 km barat kota Yogyakarta, tepatnya di dusun Kemusuk Argomulyo Sedayu Bantul. Jika ditempuh lewat jl.Wates km 10 lalu ke kanan (utara) 3 km atau dari jl. Godean km 10 belok kiri (selatan) 3 km lagi.Dipilihnya tanggal 1 Maret diresmikannya Museum Soeharto berkaitan dengan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa Indonesia dan menjadi catatan penting setelah Indonesia merdeka. Pada serangan Umum 1 Maret maka Soeharto yang pada waktu itu masih berpangkat Letkol, menjadi penggagas sekaligus pemimpin. Peristiwa itu membuktikan kepada dunia bahwa Tentara Nasional Indonesia masih ada untuk mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia.


Terlepas dari berbagai pendapat yang negatif selama Soeharto 32 tahun memimpin republik ini, tetapi kita tidak bisa ingkar bahwa beliau berjasa besar untuk kemajuan bangsa ini.



Memasuki wilayah Kemusuk, kita disuguhi dengan wilayah yang asri, bersih dengan pagar rumah yang sama di kanan kiri jalan yang juga halus. Memasuki Museum, maka kita melihat bangunan yang megah dengan bentuk Joglo yang merupakan rumah adat Jawa yang menjadi akar budaya dari Soeharto. Begitu masuk  pintu gerbang, kita disuguhi dengan Patung Jenderal Besar (TNI) Soeharto. Di belakang Patung terlihat suatu pendopo dengan hiasan lampu kristal yang besar di tengah ruangan. Pendopo dalam rumah Joglo berfungsi sebagai tempat pertemuan atau menerima tamu. Melihat pendopo tersebut, maka sebagai seorang muslim, saya teringat bahwa Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memuliakan tamunya. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa "barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya.


 


Di sebelah kanan museum ini terdapat gambar Soeharto yang sedang menjalankan ibadah sholat. Di bawah gambar tersebut terdapat tulisan yang sangat menarik perhatian saya. 
Sa - sa - sa
(tiga pedoman hidup)
Sabar atine - selalu sabar
Saleh pikolahe - selalu saleh, taat beragama
Sareh tumindake - selalu bijaksana
 
Tiga pandangan hidup tersebut sangat dalam maknanya dan sangat baik apabila kita dapat menerapkannya untuk menjalani kehidupan kita di dunia. Sebagai manusia yang beragama, maka kita sudah seharusnya dapat bersikap sabar menghadapi berbagai cobaan, tantangan dan keadaan yang tidak menyenangkan, serta dapat mengambil tindakan-tindakan yang bijaksana untuk mengatasi berbagai cobaan tantangan dan keadaan yang tidak menyenangkan tersebut. Selain itu,, ketaatan dalam beribadah dan beragama, diharapkan dapat menjadi pengingat bahwa hidup di dunia tidak langgeng, sehingga kita dapat selalu ingat agar setiap tindakan kita dapat mendatangkan manfaat bagi diri kita dan orang lain, serta tidak merugikan orang lain. Ada harapan dalam diri saya, agar pandangan hidup ini dapat dihayati dan diamalkan oleh para pemimpin di negeri ini, sehingga Indonesia dapat menjadi negeri yang makmur karena setiap pemimpinnya amanah memperjuangkan kepentingan rakyatnya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALUN-ALUN KABUPATEN TULUNGAGUNG - JAWA TIMUR

Alun-alun Kabupaten Tulungagung, atau yang dikenal dengan sebutan “Taman Aloon-aloon" merupakan ikon dari Kabupaten Tulungagung. Taman...