Terletak 13 km barat kota Yogyakarta, tepatnya di dusun Kemusuk Argomulyo Sedayu Bantul. Jika ditempuh lewat jl.Wates km 10 lalu ke kanan (utara) 3 km atau dari jl. Godean km 10 belok kiri (selatan) 3 km lagi.Dipilihnya tanggal 1 Maret diresmikannya Museum Soeharto
berkaitan dengan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang tidak bisa dilepaskan
dari sejarah bangsa Indonesia dan menjadi catatan penting setelah
Indonesia merdeka. Pada serangan Umum 1 Maret maka Soeharto yang pada
waktu itu masih berpangkat Letkol, menjadi penggagas sekaligus pemimpin.
Peristiwa itu membuktikan kepada dunia bahwa Tentara Nasional Indonesia
masih ada untuk mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia.
Memasuki
wilayah Kemusuk, kita disuguhi dengan wilayah yang asri, bersih dengan
pagar rumah yang sama di kanan kiri jalan yang juga halus. Memasuki
Museum, maka kita melihat bangunan yang megah dengan bentuk Joglo yang
merupakan rumah adat Jawa yang menjadi akar budaya dari Soeharto. Begitu
masuk pintu gerbang, kita disuguhi dengan Patung Jenderal Besar (TNI)
Soeharto. Di belakang Patung terlihat suatu pendopo dengan hiasan lampu
kristal yang besar di tengah ruangan. Pendopo dalam rumah Joglo
berfungsi sebagai tempat pertemuan atau menerima tamu. Melihat pendopo
tersebut, maka sebagai seorang muslim, saya teringat bahwa Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk memuliakan tamunya. Dalam suatu hadits
disebutkan bahwa "barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan
tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,
hendaknya memuliakan tamunya.
Di sebelah
kanan museum ini terdapat gambar Soeharto yang sedang menjalankan ibadah
sholat. Di bawah gambar tersebut terdapat tulisan yang sangat menarik
perhatian saya.
Sa - sa - sa
(tiga pedoman hidup)
Sabar atine - selalu sabar
Saleh pikolahe - selalu saleh, taat beragama
Sareh tumindake - selalu bijaksana
Tiga
pandangan hidup tersebut sangat dalam maknanya dan sangat baik apabila
kita dapat menerapkannya untuk menjalani kehidupan kita di dunia.
Sebagai manusia yang beragama, maka kita sudah seharusnya dapat bersikap
sabar menghadapi berbagai cobaan, tantangan dan keadaan yang tidak
menyenangkan, serta dapat mengambil tindakan-tindakan yang bijaksana
untuk mengatasi berbagai cobaan tantangan dan keadaan yang tidak
menyenangkan tersebut. Selain itu,, ketaatan dalam beribadah dan
beragama, diharapkan dapat menjadi pengingat bahwa hidup di dunia tidak
langgeng, sehingga kita dapat selalu ingat agar setiap tindakan kita
dapat mendatangkan manfaat bagi diri kita dan orang lain, serta tidak
merugikan orang lain. Ada harapan dalam diri saya, agar pandangan hidup
ini dapat dihayati dan diamalkan oleh para pemimpin di negeri ini,
sehingga Indonesia dapat menjadi negeri yang makmur karena setiap
pemimpinnya amanah memperjuangkan kepentingan rakyatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar