Minggu, 29 Mei 2016

CANDI TIKUS DAN BAJANGRATU TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO - JAWA TIMUR

Candi Tikus ini terletak di di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Dari jalan raya Mojokerto-Jombang, di perempatan Trowulan, membelok ke timur, melewati Kolam Segaran dan Candi Bajangratu yang terletak di sebelah kiri jalan. Candi Tikus juga terletak di sisi kiri jalan, sekitar 600 m dari Candi Bajangratu.
Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan Bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Nama 'Tikus' hanya merupakan sebutan yang digunakan masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan, tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus.

Belum didapatkan sumber informasi tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk apa, dan oleh siapa Candi Tikus dibangun. Akan tetapi dengan adanya miniatur menara diperkirakan candi ini dibangun antara abad 13 sampai 14 M, karena miniatur menara merupakan ciri arsitektur pada masa itu.


Bentuk Candi Tikus yang mirip sebuah petirtaan mengundang perdebatan di kalangan pakar sejarah dan arkeologi mengenai fungsinya. Sebagian pakar berpendapat bahwa candi ini merupakan petirtaan, tempat mandi keluarga raja, namun sebagian pakar ada yang berpendapat bahwa bangunan tersebut merupakan tempat penampungan dan penyaluran air untuk keperluan penduduk Trowulan. Namun, menaranya yang berbentuk meru menimbulkan dugaan bahwa bangunan candi ini juga berfungsi sebagai tempat pemujaan.

Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Yang menarik, adalah letaknya yang lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah sekitarnya. Di permukaan paling atas terdapat selasar selebar sekitar 75 cm yang mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar mengelilingi tepi kolam. Pintu masuk ke candi terdapat di sisi utara, berupa tangga selebar 3,5 m menuju ke dasar kolam.

Di kiri dan kanan kaki tangga terdapat kolam berbentuk persegi empat yang berukuran 3,5 m x 2 m dengan kedalaman 1,5 m. Pada dinding luar masing-masing kolam berjajar tiga buah pancuran berbentuk padma (teratai) yang terbuat dari batu andesit.
Tepat menghadap ke anak tangga, agak masuk ke sisi selatan, terdapat sebuah bangunan persegi empat dengan ukuran 7,65 m x 7,65 m. Di atas bangunan ini terdapat sebuah 'menara' setinggi sekitar 2 m dengan atap berbentuk meru dengan puncak datar. Menara yang terletak di tengah bangunan ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis yang berukuran lebih kecil. Di sekeliling dinding kaki bangunan berjajar 17 pancuran berbentuk bunga teratai dan makara.
Hal lain yang menarik ialah adanya dua jenis batu bata dengan ukuran yang berbeda yang digunakan dalam pembangunan candi ini. Kaki candi terdiri atas susunan bata merah berukuran besar yang ditutup dengan susunan bata merah yang berukuran lebih kecil. Selain kaki bangunan, pancuran air yang terdapat di candi inipun ada dua jenis, yang terbuat dari bata dan yang terbuat dari batu andesit.


Perbedaan bahan bangunan yang digunakan tersebut menimbulkan dugaan bahwa Candi Tikus dibangun melalui tahap. Dalam pembangunan kaki candi tahap pertama digunakan batu bata merah berukuran besar, sedangkan dalam tahap kedua digunakan bata merah berukuran lebih kecil. Dengan kata lain, bata merah yang berukuran lebih besar usianya lebih tua dibandingkan dengan usia yang lebih kecil. Pancuran air yang terbuat dari bata merah diperkirakan dibuat dalam tahap pertama, karena bentuknya yang masih kaku. Pancuran dari batu andesit yang lebih halus pahatannya diperkirakan dibuat dalam tahap kedua. Walaupun demikian, tidak diketahui secara pasti kapan kedua tahap pembangunan tersebut dilaksanakan.

Candi Bajangratu

 

Rabu, 13 April 2016

WATU TEKEK SAMIGALUH KABUPATEN KULONPROGO - D.I. YOGYAKARTA

Lima kilometer sebelum wisata Puncak Suroloyo dari arah Bendo Kalibawang, kita bisa menemukan tempat wisata Watu Tekek ini. Dihitung dari kota Yogyakarta sekitar 45 km sebelah barat daya. Tepatnya di desa Sidoharjo kecamatan Samigaluh kabupaten Kulonprogo.


DESA WISATA KEDUNGMIRI IMOGIRI KABUPATEN BANTUL - D.I. YOGYAKARTA

Lokasi Desa Wisata berada di Dusun Kedungmiri Wunut, Desa Sriharjo, Kec. Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berjarak sekitar 22 km tenggara kota Yogyakarta.
Letak geografis atau batas batas wilayah :
a. Sebelah utara: Desa Mangunan Kec. Dingo.
b. Sebelah selatan: Desa Selopamioro, Kec. Imogiri.
c. Sebelah barat: Dusun Sompok, Desa Sriharjo.
d. Sebelah tim: Kehutanan Kec. Dlingo Bantul.


Kondisi wilayah perbukitan yang unik, terdiri dari dataran dan perbukitan deretan bukit, tebing atau jurang dalam dan terjal.Terdapat banyak kolong batu yang berbentuk goa sebagai hunian hewan  binatang liar. Kolong batu tersebut masyarakat kami menyebut "Song" antara lain :
· Song watu lawang dihuni harimau disebut makam kera.
· Song compleng pernah dihuni macan tempat menyimpan kambing sebagai bahan makanya
· Song manjlung, ditepian jurang tinggi sebagai tempat tinggal ratusan monyet ekor panjang.
· Song gogor dihuni macan dikala beranak.
· Song landak , sebagai tempat tinggal landak.
· Song sangupati ditepian jurang tinggi sebagai tempat tinggal ratusan kera ekor panjang.
Terdapat juga puncak bukit sudut pandang. Dari tempat tersebut kita dapat melihat pemandangan alam pedesaan yang menakjubkan, tempat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
· Puncak bukit Manjlung
· Puncak bukit Sangupati

Desa Kedung Miri sendiri mempunyai wisata alam berupa Curuk air terjun yang dinamakan Pancuran, selain itu terdapat tempat pemancingan di sekitar Sungai Oyo.


Minggu, 28 Februari 2016

MUSEUM KAMAR PENGABDIAN DIPONEGORO KOTA MAGELANG - JAWA TENGAH

Terletak tidak jauh dari Alun-alun kota Magelang berjarak 0,5 km, Museum Kamar Pangabdian Diponegoro ini berlokasi di dalam komplek eks Kantor Pembantu Gubernur Wilayah Kedu, menempati salah satu ruangan/kantor dinas Residenan/ Pembantu Gubernur. Pangeran Diponegoro dikenal sebagai pahlawan Nasional yang mempunyai latar belakang sejarah yang cukup heroik. Pangeran Diponegoro melawan Belanda pada tahun 1825 sampai 1830 dalam sebuah peperangan yang disebut Perang Diponegoro. Bangunan Museum tersebut bergaya arsitektur klasik Eropa. Museum Kamar Pengabdian Diponegoro ini khusus bersifat memorial, karena bangunan/ ruangan pameran merupakan bekas tempat di mana Pangeran Diponegoro melakukan perundingan dengan Jenderal De Kock.



Koleksi museum terdiri dari benda-benda peninggalan Pangeran Diponegoro antara lain : meja kursi bekas kemarahan beliau berupa guratan kuku, jubah berukuran tinggi 1.57 m, lebar 1.35 m terbuat dari kain shantung, 7 buah cangkir tempat 7 macam minuman kegemaran beliau, balai-balai tempat sembahyang, sebuah Kitab Takrib.


Jumat, 26 Februari 2016

GREEN VILLAGE GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL - D.I. YOGYAKARTA



Alamat dan lokasi Green Village Gedangsari terletak di dataran tinggi dusun Guyangan Lor, Mertelu, kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul, DIY dekat dengan perbatasan Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

Akses menuju Green Village Gedangsari ini cukup mudah dijangkau dari segala arah. Hanya saja jalan utama menuju ke lokasi wisata memang cukup sempit dan menanjak sehingga para pengunjung harus ekstra hati-hati.

                         

Rute menuju Green Village Gedangsari jika dari Klaten melalui Wedi ke arah selatan lewat jalur Dusun Watugajah. Sedangkan jika dari Timur (Bayat) pengunjung bisa melewati Kecamatan Bayat ke selatan lewat Desa Tegalrejo dan setelah itu ke arah barat lewat Guyangan Lor.

Jika Anda berangkat dari Jogja ada dua jalur alternatif menuju Green Village Gedangsari ini. Pertama melalui jalan utama Jogja-Wonosari. Dan yang kedua lewat jalan Solo-Klaten dan belok kiri arah Wedi.

ARBORETUM SUMBER BRANTAS KOTA BATU, JAWA TIMUR

Berada di sebelah timur  Gunung Anjasmoro, terdapat salah satu mata air Kali (Sungai) Brantas, salah satu sungai terpenting di Jawa Timur yang mengalir melalui Kota Malang, Blitar, Kediri, Jombang, Mojokerto, Surabaya, dan berakhir di selat Madura.
Arboretum Sumber Brantas (+-1.500 m dpl) adalah lokasi dimana salah satu mata air Kali Brantas tersebut berada, Ngalamers. Tepatnya berada di Dusun Sumber Brantas, Desa Tulungrejo - Bumiaji, kurang lebih 18 Km utara Kota Batu.
Meski sungai Brantas merupakan wujud major dari banyak mata air, namun mata air di kawasan Arboretum ini bisa disebut sebagai titik nol Sungai Brantas.

Dalam perkembangannya, lokasi Arboretum Sumber Brantas semula digunakan sebagai lahan pertanian sayur oleh penduduk maupun petani setempat. Selanjutnya pada tahun 1982 dilakukan rehabilitasi mata air Sumber Brantas.
Melalui ganti rugi Proyek Brantas, pada 1983 dilakukan pembebasan lahan seluas 11 hektare dan pembuatan jalan desa penghubung jalan Kabupaten dengan Sumber Brantas sepanjang 1 km. Pada 1995 melalui proses ganti rugi oleh Perum Jasa Tirta I, dilakukan perluasan lahan 1 hektare.
Proses penghijauan kawasan Sumber Brantas dimulai secara simbolik dengan menanam 22 jenis tanaman kayu dan 1 jenis tanaman buah pada tahun 1983. Dua tahun kemudian penanaman pohon dilakukan secara bertahap hingga saat ini. Bahkan nama penanam diabadikan untuk melengkapi data nama pohon yang ditanam.
Salah satu yang ikonik dan langka adalah pohon Pinus Parana yang ditanam oleh Roedjito Dwidjomestopo, beliau adalah pimpinan Proyek Brantas pada saat itu. Tiga Pinus Parana yang menjulang kokoh di depan bangunan utama Arboretum ini dibawa langsung dari Brasil, sebagai buah tangan keikutsertaan Indonesia pada konferensi Bumi pada Juni 1992 di Rio De Janeiro.
Nama Arboretum Sumber Brantas diberikan oleh Menteri Kehutanan RI (Ir. Hazrul Harahap) saat berkunjung ke Sumber Brantas pada 1989. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Menteri PU No. 631 tahun 1986 dan Surat Gubernur Jatim No. 63 tahun 1988 menetapkan kawasan Sumber Brantas sebagai suaka alam tata pengairan Sungai Brantas.
Karena merupakan lokasi konservasi mata air Kali Brantas, pengunjung yang ingin masuk ke wilayah Arboretum harus mendapatkan ijin dari petugas jaga. Jika ingin mengadakan kegiatan edukasi, penelitian, maupun rekreasi, Ngalamers harus terlebih dahulu mengajukan permohonan ke Perum Jasa Tirta I yang berkantor di Jalan Surabaya, Kota Malang.


Dari data Perum Jasa Tirta I, hingga saat ini jenis pohon yang telah ditanam di Arboretum telah mencapai kurang lebih 3.200 pohon.
Terdiri dari 32 jenis tanaman yang beberapa merupakan pohon yang sudah terbilang langka Ngalamers, diantaranya: Kaju Manis (Cinnanonum Burmani), Kayu Putih, Gagar, Cemara Duri, Cemara Gunung, Cemara Pine Trees, Kina, Cempaka/Locari, Sengon, Pinus, Waker Kaspanye, Elo, Klampok, Pule, Beringin, Dadap Duri, Bendo, Dadap Minyak, Klerek, mahoni, Mindi, Oliander, Salam, Tarena, Wadang, Damar, Kemi, Bottle Brush, Cannon Ball, Kakrok, Kesek Tanjang, Juwet, Ketapang, Tanjung, Apokat, Puspa dan Suren.

GUNUNG IRENG PATUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL - D.I. YOGYAKARTA

Rute paling gampang dari Yogyakarta adalah Jalan Wonosari lurus aja sampai Patuk (Jl.Wonosari km 18). Ketemu perempatan pos polisi dan Koramil Patuk, ambil ke kanan. Lurus aja terus sampai nemu tugu Semar ireng, ambil kanan. Kelak Anda akan menemukan petunjuk jalan. Bagi pengendara motor, kondisi jalanan ketika mendekati lokasi ada yang berbatu. Bagi yang trauma dengan jalan tipe demikian, sebaiknya berganti dengan kawan. Jika sendirian, pastikan fokus Anda digandakan. Penanda bahwa Anda sudah sampai… di tempat parkir adalah adanya petugas yang siap menghampiri kendaraan Anda begitu mesin dimatikan. 

Gunung Ireng belumlah sepopuler Gunung Merapi atau Nglangeran, ditandai dengan ramainya pengunjung. Saat kami datang bahkan pulang di tengah hari dengan angin kencang yang tiba-tiba datang dengan seikat hujan deras dari langit sana, pengunjung ternyata hanya kami berdua. Konon, di puncak Gunung Ireng adalah spot favorit untuk menunggu momen tenggelamnya matahari, mungkin saja menjelang sore barulah ramai.
Ada legenda seputar Gunung Ireng yang dapat Anda baca sebelum mulai pendakian di sebuah papan yang disertai peta lokasi. Ah terdengar lebay betul ya memakai kata pendakian. Hiking pun masih terlalu unyu. Yang namanya legenda, silakan percaya silakan juga tidak. Oh ya, ada area untuk berkemah yang bisa dimanfaatkan. Lumayan luas jika Anda kelak ingin mencoba.
Untuk sampai ke puncak gunung, cukup dengan berjalan kaki sekitar lima menit, niscaya Anda akan terpana dengan pemandangan hijau persawahan dan pepohonan di bawah sana. Sejauh memandang, dominasi itulah yang ada. Sangat cantik, meski hari tidak terlalu cerah. Angin pun tidak begitu terasa. Inilah Gunung Ireng, hitam karena bebatuan besar di sana. Permukaannya sangat kasar sehingga jika ingin duduk maupun berjalan dengan telanjang kaki, harus hati-hati. Sebaiknya berdiri tidak terlalu dekat dengan ujung tebing karena jika Anda bermasalah dengan ketinggian, mungkin akan sedikit pusing berada di sana.
Di sisi lain puncak ini, ada pondok kayu cukup besar, cukup untuk sepuluh orang, dengan pemandangan kurang lebih sama. Sepertinya pondok ini bakal dibangun lebih serius oleh pihak pengelola dengan adanya rencana pemasangan listrik.

MASJID AL-JABBAR KOTA BANDUNG - JAWA BARAT

Masjid Raya Al Jabbar terletak di kecamatan Gedebage kota Bandung berjarak sekitar 2 km tenggara Stasiun Gedebage Bandung. Masjid iini mulai...