Selasa, 08 Agustus 2023

MONUMEN MAYOR BISMO KOTA KEDIRI - JAWA TIMUR

Monumen Mayor Bismo berada di Alun-Alun Kota Kediri. Monumen ini ternyata merupakan salah satu ikon kota Kediri yang diresmikan pada 17 Desember 1974 sebagai simbol perjuangan rakyat Kediri sampai sekarang. 


Mayor Bismo (Shudanco Bismo) adalah seorang Pahlawan Nasional dari Kota Kediri. Ia dan tokoh-tokoh Gerakan Pemuda yang dengan penuh semangat, sadar dan berani bertekad untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang.

Pangkat mayor diberikan sebagai penghargaan atas perjuangan Kapten Bismo. Kenaikan pangkat anumerta ditetapkan pemerintah untuk menghargai jasa dan pengorbanannya.

Mayor Bismo adalah orang pertama di Kediri yang mengetahui jika Indonesia sudah merdeka. Kabar tentang proklamasi yang diikrarkan Soekarno-Hatta berhasil didapat dari siaran radio yang sangat terbatas.

Saat itu, Bismo masih tergabung dalam pasukan Pembela Tanah Air atau PETA. Di masa awal kemerdekaan itu, Kapten Bismo berkontribusi menjadikan Brigade S Karesidenan Kediri sebagai pasukan tangguh.

Di kesatuan militer yang dibentuk Jepang, dia menjabat sebagai Shudanco atau pangkat militer setingkat kapten.

Tokoh yang cukup dikenal dengan gelar serupa salah satunya Shudanco Supriadi, pemimpin pemberontakan pasukan PETA saat penjajahan Jepang di Blitar.

Usai memperoleh kabar bahwa Indonesia merdeka, Shudanco Bismo segera berkoordinasi dengan para komandan PETA Kediri. Salah satunya, mengajak Daidanco (Komandan Batalyon Daerah) Soerahmat untuk menggelar rapat.

Rapat koordinasi kemerdekaan tersebut dilakukan bersama berbagai elemen masyarakat. Pertemuan penting ini berlangsung di gedung yang kini digunakan sebagai Sekolah Taman Siswa di Jalan Pemuda No. 16 Kota Kediri.

Pada malam hari tanggal 19 Agustus 1945, pertemuan dilanjutkan dengan koordinasi antar satuan militer. Mereka berencana mengepung dan melucuti pos-pos tentara Jepang di Kediri.

Sayangnya, aksi tersebut gagal. Tak menyerah begitu saja, keesokan harinya pada tanggal 20 Agustus 1945, aksi serupa kembali digencarkan.

Kali ini dilakukan dengan dukungan masyarakat Kediri. Pelucutan senjata dimulai dari Polres Keresidenan yang kini difungsikan sebagai Polres Kediri Kota. Aksi kemudian dilanjutkan dengan pengepungan markas Kempetai di Jalan Brawijaya, Kota Kediri.

Kempetai adalah unit polisi militer Jepang yang ditempatkan di seluruh koloni. Pelucutan senjata di markas kempetai sangat alot dan terjadi baku tembak.

Karena sengitnya pertempuran, Syucokan Kediri, R. Abdulrahim Pratalykrama terpaksa berunding dengan pimpinan tentara Jepang.

Akibatnya, Jepang memutuskan untuk menyerah. Bendera merah putih akhirnya dikibarkan untuk pertama kalinya di Kediri, menggantikan Hinomaru bendera kebangsaan Jepang dengan lingkaran merah di tengah lapangan putih.

Kejadian ini membuat Shudanco Bismo disegani baik oleh musuh maupun kawan. Ia berhasil menggalang massa dan berhasil melucuti senjata tentara Jepang di Kediri.

Pada tahun 1948, Presiden Soekarno melakukan Rekonstruksi dan Rasionalisasi (RERA) di lingkungan Militer. Salah satu kebijakan turunannya adalah pembagian militer di Jawa menjadi 4 Divisi. Kapten Bismo terpilih sebagai Kepala Staf Pertahanan (SPDT) Jatim I yang berkantor di Madiun.

Sayangnya, pada tanggal 18 September 1948 terjadi Pemberontakan Komunis di Madiun. Peristiwa ini dikenal dengan Peristiwa Madiun.

Semua anggota SPDT ditangkap dan dieksekusi oleh para pemberontak, termasuk Kapten Bismo. Sebagai gelar terakhir, ia dianugerahi gelar Mayor. Maka, kini ia populer dengan nama Mayor Bismo.

Selain monumen, Mayor Bismo juga diabadikan sebagai nama sebuah jalan di Kota Kediri. Upaya ini merupakan penanda sekaligus pesan bahwa jasa beliau akan selalu dikenang dari generasi ke generasi, sebagai pewaris nilai-nilai perjuangan 1945.

Dengan mengunjungi museum ini, saya mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman baru. Berkunjung ke museum ini dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme, patriotisme dan bela negara.

Sebagai mahasiswa sekaligus generasi penerus bangsa, tentunya hal ini menjadi modal kita untuk mengisi kemerdekaan Indonesia agar perjuangan para pejuang bangsa dalam mencapai dan mempertahankan kemerdekaan tidak sia-sia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALUN-ALUN KABUPATEN TULUNGAGUNG - JAWA TIMUR

Alun-alun Kabupaten Tulungagung, atau yang dikenal dengan sebutan “Taman Aloon-aloon" merupakan ikon dari Kabupaten Tulungagung. Taman...