Pembangunan JLS (Jalur Lintas Selatan) dari Cibaliung kabupaten Pandeglang provinsi Banten hingga kabupaten Banyuwangi provinsi Jawa Timur sejauh 1.546,78 km saat ini masih tengah berlangsung pengerjaannya. Tujuan pemerintah membangun JLS pulau Jawa ini tentunya ingin mengurangi kesenjangan Utara-Selatan pulau Jawa yang mana jalur Pantura Jawa sudah lama dibangun oleh Daendels dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur) sejauh 1.000 km pada tahun 1810an. Pada saat saya melakukan penyusuran JLS Jember-Lumajang ini adalah tanggal 8 Januari 2023. Ruas-demi ruas JLS kabarnya sudah banyak yang tersambung dari satu kabupaten ke kabupaten yang lain. Di Jawa Timur senidiri, dari perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah di kabupaten Pacitan sampai Banyuwangi sebagian masih belum nyambung, contoh dari Blitar sampai perbatasan kabupaten Malang masih dalam pengerjaan, begitu juga dari Sendangbiru kabupaten Malang ke Lumajang juga belum tersambung, dari kabupaten Banyuwangi masih terputus di kecamatan Glenmore, dan mungkin juga dari kabupaten Trenggalek ke kabupaten tetangganya. Kabarnya juga JLS seluruhnya akan tersambung di akhir tahun 2028, wah kok lama banget ya saya sudah gak sabar mau mencobanya. Salah satu ruas yang sudah tersambung saat ini dan akan saya coba adalah ruas Jember – Lumajang tepatnya dari Puger (Jember) ke Jarit (Lumajang) sejauh 54 km plus dari Jarit sampai Gladak Perak di kecamatan Candipuro sejauh 10 km lereng Semeru sebelah selatan, yang berarti totalnya adalah 64 km.
Gambar 1. Titik start Puger KM 0 di depan menarasuar Bukit WatanganBaiklah, bukan
saya kalo liburan awal tahun 2023 ini masih ndekem di rumah. Saya akan mencoba
menyusuri JLS ruas Puger-Jarit plus ke Gladak Perak yang mana saya akan start
dari Puger KM 0 tepat di depan menarasuar Bukit Watangan pantai Pancer
kecamatan Puger kabupaten Jember. Di
tempat saya start ini ada patok kilometer yang bertuliskan Turen 124, Jarit 54,
Puger 0. Sekira pukul 09.00 saya mulai perjalanan di JLS yang bagus dan lebar
namun sepi kendaraan yang berlalu lalang. Dengan demikian saya bisa melaju
dengan agak kencang namum santai. Di sepanjang kiri jalan terlihat pantai selatan
Samudera Indonesia dan bahkan daratan pulau Nusa Barong terlihat jelas dan
terlihat panjang membentang dengan panorama yang mempesona. Rasanya juga pingin ke pulau Nusa Barong, tapi karena merupakan wilayah cagar alam jadi tidak sembarangan bisa dimasukinya.
Gambar 2.
Jalanan relatif sepi di JLS Puger depan mercusuarBukit Watangan
Setelah beberapa menit berlalu, saya menjumpai jembatan pertama yakni Jembatan Getem di desa Mojomulyo kecamatan Puger. Terlihat beberapa orang sedang memancing ikan dari atas jembatan tanpa menghiraukan teriknya sinar matahari. Saya pun berlalu meninggalkan para pemancing dan terus melaju ke arah barat.
Gambar 3. Jembatan Getem Puger.Setelah itu saya ketemu Jembatan Merah Putih di desa Paseban kecamatan Kencong kabupaten Jember. Di tempat ini lumayan banyak warga berhenti di sekitar jembatan sambil menikmati makanan dan minuman yang dijajahkan para penjual sembari melihat-lihat pemandangan khususnya ke arah selatan yang berupa samudera Indonesia.
Gambar 4. Jembatan Merah Putih desa Paseban kecamatan KecongPerjalanan
saya lanjutkan lagi. Tidak sampai setengah jam dari jembatan Merah Putih
Paseban, saya ketemu Jembatan Selowangi di desa Selok Anyar kecamatan Pasirian
Lumajang yang menghubungkan desa Pandanwangi kecamatan Tempeh dan desa Selok
Anyar kecamatan Pasirian. Jembatan Selowangi ini membentang sejauh 370 m, wah panjang juga ya. Di atas jembatan ini banyak pedagang yang berjualan, khususnya pedagang minuman dan makanan riangan. Pemandangan di atas jembatan ini memang sungguh mempesona, bisa melihat hamparan sawah bahkan lautan.
Sebelum jembatan Selowangi, sekitar 2 km, ada Savana Pandanwangi kecamatan Tempeh kabupaten Lumajang. Saya sempatkan singgah ke tempat ini karena untuk masuk ke savana ini tidak dikenai biaya alias geratisss... Di tempat ini dapat dijumpai padang rumput yang luas dan bahkan beberapa warga menggembala ternak kerbaunya.
Melanjutkan perjalanan sampailah di perempatan Jarit di desa Jarit kecamatan Candipuro Lumajang. Setelah perempatan ini maka ketemu jalan lama yang menghubungkan Lumajang – Malang via selatan. Jalur ini terkenal berliku-liku yang mana pernah saya hitung dari Candipuro sampai Dampit sejauh sekitar 60 km ada sebanyak 485 tikungan. Akhirnya, tibalah saya di titik akhir saya menyusuri JLS Jember-Lumajang tepatnya adalah jembatan Gladak Perak. Jembatan Gladak Perak yang mana jembatannya sudah runtuh akibat lahar Semeru yang erupsi awal Desember 2021. Namun ketika saya di sana telah dibuatkan jembatan baru berupa jembatan gantung yang hanya untuk roda dua atau roda empat khusus ambulan.
Bye bye, sampai jumpa lagi di catatan perjalanan lainnya. Terima kasih yaa Allah telah Engkau berikan nikmat kepadaku.
Gambar 7. Finish di jembatan gantung Gladak Perak desa Sumberwuluh kecamatan Candipuro
kabupaten Lumajang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar