Bangunan museum ini dibangun sekitar tahun 1910, dengan fungsi semula adalah Militaire Akademie Bandung, saat ini bangunan ini difungsikan menjadi museum yaitu Museum Madala Wangsit Siliwangi.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang terletak di Jl Lembong 38 Bandung ini, memiliki areal seluas 4176 m2 dan luas bangunan 1674 m2, menempati sebuah gedung yang pernah digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi yang pertama di Kota Bandung (Staf Kwartier Territorium III Divisi Siliwangi) pada tahun 1949-1950 yang berlokasi di Oude Hospital Weg (sekarang jalan lembong).
Sebagai markas militer, pada tanggal 23 Januari 1950 gedung ini pernah menjadi sasaran utama serangan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling. Dalam Peristiwa tersebut gugur sebanyak 79 Prajurit TNI/Siliwangi, termasuk diantaranya Mayor Adolf Lembong.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang terletak di Jl Lembong 38 Bandung ini, memiliki areal seluas 4176 m2 dan luas bangunan 1674 m2, menempati sebuah gedung yang pernah digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi yang pertama di Kota Bandung (Staf Kwartier Territorium III Divisi Siliwangi) pada tahun 1949-1950 yang berlokasi di Oude Hospital Weg (sekarang jalan lembong).
Sebagai markas militer, pada tanggal 23 Januari 1950 gedung ini pernah menjadi sasaran utama serangan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling. Dalam Peristiwa tersebut gugur sebanyak 79 Prajurit TNI/Siliwangi, termasuk diantaranya Mayor Adolf Lembong.
Mengingat pentingnya pelestarian dan pewarisan nilai-nilai kejuangan ’45 kepada generasi muda agar kesadaran serta penghayatan terhadap sejarah perjuangan bangsanya tetap utuh; maka Kodam III/Siliwangi memandang perlu untuk mendirikan Museum Mandala Wangsit Siliwangi.
Gerbang masuk bangunan museum
Untuk hal itulah dikumpulkan beberapa benda koleksi yang bernilai sejarah dari kurun waktu antara masa perjuangan kemerdekaan, masa perang kemerdekaan, dan masa selanjutnya yang berhubungan dengan perjuangan Divisi Siliwangi dan Rakyat Jawa Barat pada umumnya.
Benda-benda yang berhasil dikumpulkan diantaranya berupa senjata tradisional berupa kujang, keris, pedang, golok, tombak, panah, pedang bambu, dan samurai; senjata api dari berbagai jenis dan kategori; serta berbagai kendaraan militr yang penah digunakan.
Adapun benda lainnya berupa alat dan perlengkapan yang pernah digunakan Divisi Siliwangi dan Rakyat Jawa Barat dalam bertempur untuk mempertahankan daerahnya.
Disamping berbentuk benda-benda koleksi, terdapat juga foto-foto perjuangan dari masa revolusi fisik antara tahun 1945 sampai dengan 1949, foto-foto mantan Panglima Siliwangi, tanda pangkat, lencana, Panji Siliwangi, mata uang, peta dan sebagainya.
Halaman depan museum Mandala Wangsit Siliwangi
Museum Mandala Wangsit Siliwangi, diresmikan penggunaannya oleh Pangdam III/Siliwangi ke-8, Kolonel Ibrahim Adjie pada tanggal 23 Mei 1966 dan termasuk dalam kategori museum sejarah/perjuangan tingkat kodam.
Sebagai sarana pendidikan, Museum Mandala Wangsit Siliwangi dilengkapi pula oleh lukisan diorama dan ruang audio visual untuk pemutaran film documenter (sejak tahun 1990 tidak lagi dipergunakan karena rusak) perjuangan Divisi Siliwangi dan rakyat Jawa Barat.
Koleksi senjata pasukan Kodam Siliwangi
Museum dibuka untuk umum pada hari Senin Kamis, Pukul 08.00 s.d. 13.00 WIB, Jum’at pukul 08.00 s.d. 10.00 Wib, dan Sabtu pukul 08.00 s.d. 12.00 WIB.