Minggu, 11 Januari 2015

MENCICIPI JALAN DAENDELS DI JAWA BAGIAN SELATAN - JAWA TENGAH

Setelah sukses menelusuri rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman di akhir tahun 2013 yang lalu, di akhir tahun 2014 tepatnya tanggal 30 Desember 2014 saya mencoba menelusuri sebagain jalan Daendels di Jawa bagian selatan. Nama Daendels diasosiasikan dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels (berkuasa 1808-1811) yang membangun jalan berlumur darah, Anyer-Panarukan (de Groote Postweg). Selama ini saya hanya tahu jalan Daendels itu adanya di pantura Jawa yang menghubungkan dari Anyer (Serang-Banten) hingga Panarukan (Situbondo-Jatim) sejauh kurang lebih 1.000 km, ternyata sebulan lalu saya baru tahu kalo di bagian selatan Jawa juga ada jalan Daendels namun panjangnya hanya sekitar 120 km yang membentang dari kabupaten Cilacap di ujung barat sampai perbatasan DIY-Jawa Tengah di kecamatan Temon kabupaten Kulonprogo di ujung timur.

Gambar 1. Peta jalan Daendels di Jawa bagian selatan

Rasa penasaran saya untuk melewati jalan Daendels karena jalan nasional sebagai jalan regular di jalur selatan Jawa yang padat saat saya dari Banyumas menuju Yogyakarta ketika di Gombong Kebumen jalan padat kendaraan dan berjalan merayap. Sampailah di Kutowinangun, saya berbelok ke arah selatan di desa Kembangsawit. Sekitar 8 km kemudian saya sudah ketemu jalan Daendels di kecamatan Ambal Kebumen. Jalanan sepi dan banyak lubang, tapi di sini banyak orang jualan sate ayam, orang menyebutnya Sate Ambal mungkin karena sesuai tempatnya. Melewati jalan Daendels ini saya sambil membayangkan bagaimana Daendels saaat 200 tahun lalu mempekerjakan rakyat Jawa hingga banyak yang mati. Jadi tidak heran kalo lewat jalan ini banyak ditemui kuburan lama yang diperkirakan korban kerja rodi yang tewas saat membangun jalan ini. Di sisi lain kita disuguhi suasana pemandangan ladang pertanian yang menyenangkan.
Setelah beberapa saat sampailah di kecamatan Mirit sekitar pukul 14.00. Suasana desa dan jalan tampak sepi ditambah suasana mendung dan gerimis sehingga terlihat seperti menjelang maghrib.

Gambar 2. Jalan Daendels di kecamatan Mirit kabupaten Kebumen.

Kemudian saya melanjutkan perjalanan, semakin ke timur jalanan banyak berlubang namun cuaca semakin terang dan tidak gerimis lagi. Tiba di desa Keburuhan kecamatan Ngombol kabupaten Purworejo saya berhenti karena ada warung penjual dawet ireng khas Purworejo. Di warung ini juga menjual telur asin dengan harga Rp 3.000 per butir. Meski harganya lebih mahal dibanding di kota Yogyakarta seharga Rp 2.500 per butir, saya mencobanya karena menurut penjualnya ini asli tidak seperti orang buat pada umumnya. Ternyata memang benar rasanya nikmat sekali. Pemilik warung di sini cerita kalo baru saja dikunjungi gubernur Jawa Tengah dan menteri PU untuk meninjau pembangunan JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan). Termasuk pembebasan lahan untuk pelebaran jalan juga disampaikan pemilik warung, bahkan katanya warungnya akan digeser karena terkena pembebasan lahan.

Gambar 3. Jalan Daendels di depan gerbang masuk pantai Pasir Puncu desa Keburuhan kecamatan Ngombol kabupaten Purworejo.

Setelah puas menikmati dawet ireng saya melanjutkan perjalanan ke timur. Kondisi jalan masih banyak berlubang, namun setelah beberapa menit jalanan mulai bagus namun lebar jalan masih sama. Tidak lama kemudian ketemu dengan jalan yang sudah empat jalur dimana di tengahnya dipisah jalur hijau. Jalan Daendels di sini sudah lebar dan halus tetapi penggunanya belum banyak atau memang belum banyak yang tahu. Sebagian mobil travel sudah banyak yang menggunakan jalan ini termasuk bus regular.
Meneruskan perjalanan, di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan DIY tepatnya kecamatan Temon kabupaten Kulonprogo ketemulah pertigaan dimana kalo terus ke arah Bantul dan jika belok kiri ke Wates dan Yogyakarta. Di sinilah batas ujung timur jalan Daendels.


 Gambar 4. Jalan Daendels di dekat pantai Congot kabupaten Purworejo.

Jika saya hitung kira-kira panjang jalan Daendels yang saya lewati dari Ambal hingga Temon kurang lebih 40 km, oleh karena itu saya hanya mencicipi sebagian jalan Daendels dari panjang keseluruhannya 120 km.

ALUN-ALUN KABUPATEN TULUNGAGUNG - JAWA TIMUR

Alun-alun Kabupaten Tulungagung, atau yang dikenal dengan sebutan “Taman Aloon-aloon" merupakan ikon dari Kabupaten Tulungagung. Taman...